Powered by Blogger.

Friday 11 January 2013

Kain Kafan Untuk Ayah Dan Ibu




 Kain Kafan Untuk Ayah Dan Ibu



Berikut adalah sebuah kisah di mana kehidupan ini tak lagi dapat mengajarkan seseorang untuk memberikan penghargaan lebih kepada mereka yang sangat menyayanginya, seseorang yang telah mengartikan sebuah keburukan menjadi sebuah kebahagiaan bahkan mungkin keindahan. tanpa di sadari bahwa itu semua adalah kebutaan yang hanya mengedepankan sebuah keegoisan dan kebencian dari adanya rasa yang tak lagi mengenal rasa iba dan lupa akan kasih sayang besar yang pernah di berikan padanya.

jika engkau mulai merasakan itu, maka, berikanlah, kumpullah seluruh hasil dunia yang telah engkau dapatkan untuk membeli kain kafan, kemudian berikanlah pada mereka yang sangat menyayangimu, berikan kain kafan itu untuk mereka yang pernah memberikanmu kasih sayang yang begitu besar, dan katakanlah bahwa kain kafan itu adalah ketenangan untuk mereka, jika engkau sanggup bungkuslah tubuh mereka dengain kain kafan tersebut.

Teringat ketika pertama kali engkau menggendongku saat aku di lahirkan, mereka katakan engkau menangis bahagia melihatku, engkau juga terharu menyambut kehadiranku, mereka juga katakan akulah yang selama 9 bulan lamanya menjadi beban dari rasa khawatir akan kehadiranku, khawatir akan keselamatanku. ibu katakan ketika aku pertama kali di lahirkan aku hanya menangis dan menangis layaknya seorang bayi polos yang belum dapat mengerti bahwa tangisanku sungguh membuat ibu terganggu, namun engkau tetap tersenyum melihat tangisanku, engkau katakan bahwa tangisanku adalah kebahagiaan untukmu, betapa mulianya hati ayah dan ibuku. di malam hari ketika aku terjaga dari tidurku engkau terbangun mendengar tangisanku, tanpa keluhan kau menemani tangisku di setiap malam aku terjaga, engkau tetap tersenyum padaku walaupun itu mungkin membebanimu. semua tangisanku di kala itu hanya di sambut dengan senyuman ayah dan ibu, ketika aku merasakan ketidaknyamanan dalam tidurku, aku menangis, ketika aku merasakan lapar, aku menangis, ketika engkau memandikanku, aku menangis, ketika engkau memakaikanku baju, aku menangis, hanya tangisanku yang mengisi harimu saat itu, tapi engkau selalu tersenyum dan tersenyum melihat aku, dengan sabarnya engkau mendiamkan tangisku. ayah dan ibu, ku menyayangimu.

Ketika aku mulai mencoba untuk berjalan engkau memegang kedua tanganku, dengan sabar engkau menunutunku dan aku tertawa, mungkin itulah tawa pertamaku padamu ayah dan ibu, kau mencoba untuk melepaskan tanganku agar aku dapat berjalan sendiri, tapi aku terjatuh dan menangis, dengan penuh rasa bersalah engkau menggendongku, engkau mencium pipiku, engkau membelai rambutku. terlihat rasa khawatir di wajahmu melihat kejadian itu, sesaat ketika ku memandang wajahmu tangisanku secara spontan terhenti, aku tersenyum padamu ibu.

ketika aku tumbuh dewasa kau mulai mengajariku dengan sikap yang bijak dan tak jarang engkau marah dan membentakku, aku yang pada saat itu belum mengerti arti amarah tersebut sangat membenci sikapmu yang membuat telinga ini terasa panas, aku hanya mengedepankan egoku dan mulai berpikiran bahwa apa yang aku lakukan adalah sesuatu yang benar menurutku, aku tak peduli seberapa besar kasih sayang yang kalian punya saat ini hingga harus memarahiku, berikan aku sedikit kebebasan untuk melakukan sesuatu, karna aku anakmu kini telah dapat berpikir dan melakukan semua tanpa bantuanmu lagi,, aku takkan pernah peduli akan perkataanmu yang selalu mengekangku dan selalu membuat langkahku terhalangi. aku memutuskan untuk selalu berada di jalanku tanpa menghiraukan semua nasihatmu lagi,,maka jangan pernah halangi aku karna itu semua akan sama sekali sia-sia.

Ayah, ibu..aku telah dewasa kini dan aku bukanlah seorang anak kecil yang selalu terikat dengan semua perkataan orang tuanya, simpan saja tenagamu untuk dapat berjalan di hari tua nanti, dan jangan pernah hiraukan anakmu ini lagi, tenanglah, karna aku telah mengenal hidup, itulah kata yang pernah aku ucapkan ketika itu kepada ayah dan ibuku yang telah semakin tua namun tetap saja yang ada di hatiku saat itu hanyalah kebebasan dan terbebas dari peraturan ayah dan ibu.



sekian lama ayah dan ibu sering sakit melihat tingkahku yang telah melampaui batas, hingga mereka tak mampu lagi untuk bangun dari tidurnya aku datang untuk menemui mereka, ketika aku melihat keadaan ayah dan ibu mereka sungguh memprihatinkan, sempat terbesit rasa kasihan pada mereka namun ketika ibu kembali memberikan nasihat kepadaku, aku marah di tengah sakit yang mereka derita yang terpikir olehku bahwa aku tak membutuhkan nasihat dari ibu lagi ketika itu ibu hanya menangis melihatku ibu katakan bahwa ibu menasihatiku karna ibu sangat menyayangiku,tapi aku sama sekali tak peduli dengan semua yang di katakan ibu dan akupun beranjak pergi meninggalkan ayah dan ibu sambil menangis mereka memanggilkutak ku hiraukan dan akupun pergi, di depan pintu aku masih mendengar sepintas ibu mengatakan untuk memberikan ia kain kafan jika aku masih seperti ini sedikit terkejut ketika aku mendengar perkataan tersebut namun aku tetap melangkahkan kaki dan beranjak pergi ..
 
beberapa hari setelah kejadian itu seseorang datang padaku dan meminta sebuah kain kafan, aku bingung dan bertanya untuk apa kain kafan itu,, dia katakan bahwa kain kafan itu adalah pesanan dari ayah dan ibumu,, mereka kini telah kembali pada yang maha kuasa,, sesaat sebelum mereka menutup mata mereka memintaku untuk bertemu denganmu dan aku juga di suruh untuk meminta dua buah kain kafan berukuran 2,5 meter padamu anaknya,, saat ini mereka belum dapat di kuburkan karna mereka hanya ingin di kubur dengan kain kafan yang kau berikan,, saat itu aku merasakan sedih yang luar biasa,, tanpa brfikir panjang aku berlari menemui ayah dan ibuku,, dalam hati aku masih bertanya-tanya,, apakah yang di katakan orang tadi itu adalah benar,,? tak terasa ketika aku berlari aku meneteskan air mata,, aku tak percaya jika aku tak lagi dapat melihat ayah dan ibu,, sesampainya di rumah ayah dan ibu,, ku melihat ada begitu banyak orang,, air mataku semakin mengalir deras,, aku langsung masuk ke rumah,, setelah sesampainya aku di depan kamar, aku ragu untuk membuka pintu, ntah apa yang membuatku takut untuk membukanya,, kemudian datang seseorang dan mengatakan ayah dan ibu telah menungguku,, dengan memberanikan diri aku langsung mendorong pintu kamar,, terlihat ayah dan ibu terbaring dengan mata tertutup,, aku menghampiri mereka secara perlahan dan memperhatikan mereka sejenak,, mereka tertidur dengan mata tertutup tanpa ada gerakan sedikitpun,, sambil menteskan air mata aku tersenyum dan mencoba untuk membangunkan mereka,, hatiku semakin terasa takut karna ayah dan ibu tak kunjung bangun,, aku menangis melihat mereka,, kemudian aku memeluk ayah dan ibu erat-erat,, air mataku terus mengalir dan aku seolah berbicara pada mereka,, ayah, ibu, bangunlah,, ini aku anakmu telah datang,, bukankah aku yang kalian tunggu,, air mataku semakin mengalir deras,, tak kuasa ku melihat ayah dan ibu yang sudah tak bernyawa lagi,, aku berteriak dengan kuatnya untuk membangunkan ayah dan ibu,, namun usahaku sama sekali tak dapat membuka mata mereka..

ayah, ibu, bangunlah, aku ingin meminta maaf pada kalian atas apa yang telah aku lakukan selama ini,, aku menyesal ayah, aku menyesal ibu,, maafkan anakmu yang durhaka ini,, nasihatilah aku,, laranglah aku ibu,, marahi aku ayah,, kumohon tersenyumlah padaku,, mengapa kalian hanya diam,, ini aku,, anakmu,, hanya itu kata-kata terakhir yang aku ucapkan di hadapan ayah dan ibu sebelum mereka di kebumikan,, dengan hati yang teramat berat aku memberikan dua buah kain kafan putih berukuran 2,5 meter seperti yang ayah dan ibu minta,, sungguh semua sikapku terhadap kalian bukanlah untuk ini,, tapi aku anggap kain kafan ini adalah kain yang dapat memberikan ketenangan untuk ayah dan ibu di alam sana,, selamat jalan ayah, selamat jalan ibu,, aku anakmu sungguh menyesali semua perbuatan yang telah aku tunjukkan pada kalian,, aku khilaf,, kini aku sadar meski kesadaran ini sudah terlambat untuk di terapkan,, dengan air mata yang mengucur deras aku mengatakan, aku sayang ayah dan ibu,, maafkan aku anak,,!!! dan air mataku menetes di atas batu nisan mereka ( set by : azir )
 

Tinggalkan Dompet Anda Disini Opss.. Maksudnya Tinggalkan Komentar Anda Disini

Post a Comment

  ©PENA MAYA - 116.

Template by G.A | Azir