Kisah Nabi Yang Membakar Desa Semut
KISAH NABI YANG MEMBAKAR DESA SEMUT
Merusak tidak disukai oleh Allah, bahkan merusak pohon-pohon dan
hewan-hewan juga tidak boleh. Oleh karena itu, Allah melarang berbuat
kerusakan di muka bumi. Di antara pengrusakan itu adalah pengrusakan
terhadap tanaman dan binatang. Pada hari kiamat seorang hamba akan
ditanya tentang burung kecil yang dibunuhnya tanpa alasan yang benar.
Termasuk dalam hal ini adalah apa yang disampaikan oleh Rasulullah
tentang teguran Allah kepada salah seorang nabi-Nya. Para nabi memiliki
tempat tersendiri di sisi Allah, tetapi ini tidak menghalangi untuk
meluruskan mereka jika tindak tanduk mereka keliru walaupun itu remeh.
Benar, Allah menegur Nabi atas tindakannya yang membakar sebuah desa
semut, hanya karena seekor semut menggigitnya.
Teks Hadis
Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda,
“Seorang nabi singgah di bawah pohon, dia digigit oleh seekor semut.
Dia memerintahkan agar barang bawaannya dijauhkan dari bawah pohon itu.
Lalu dia memerintahkan agar rumah semut itu dibakar. Maka Allah
mewahyukan kepadanya, ?Mengapa tidak hanya satu ekor semut saja??”
Dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah, “Bahwasanya seekor semut
menggigit salah seorang Nabi, maka dia memerintahkan agar desa semut
dibakar. Allah pun mewahyukan kepadanya, ?Hanya karena kamu digigit oleh
seekor semut lalu kamu membinasakan sebuah umat yang ber-tasbih.?”
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dalam Kitab Bad?il Khalqi, bab jika lalat jatuh di bejana, 6/356, no. 3219.
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabus Salam, bab larangan membunuh semut, 4/1759, no. 2241.
Penjelasan Hadis
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam menyampaikan kepada kita
bahwa salah seorang nabi Allah singgah di bawah pohon. Sepertinya dia
berteduh dari panas matahari untuk beristirahat dari
lelahnya perjalanan. Di dekat dia berteduh terdapat sebuah desa semut.
Mungkin singgahnya nabi ini bersama teman-temannya di bumi semut
mengganggu mereka. Biasanya semut melawan orang yang mengganggunya dan
merusak ketenangannya. Seekor semut datang dan menggigit nabi itu.
Seorang nabi adalah manusia. Dia pun marah seperti mereka.
Kadang-kadang dia melakukan tindakan spontan yang membuatnya menyesal
setelah itu dan dia disalahkan karenanya. Di antaranya adalah tindakan
Nabi ini. Dia marah kepada seekor semut beserta teman-temannya. Dia
bertekad menghukum seluruh desa semut. Dia memerintahkan pengikutnya
agar menjauhkan barangnya dari bawah pohon itu, kemudian dia menyulut
api di desa semut. Maka semut-semut yang sedang berjalan-jalan di
desanya dan di sekelilingnya terbakar dan panas api itu sampai kepada
semut-semut yang berada di lubangnya di dalam tanah.
Keadilan menuntut orang yang tidak bersalah, tidak boleh dihukum
karena kesalahan orang lain. Yang menggigit nabi ini hanyalah seekor
semut. Jika memang mesti dihukum, maka semestinya yang dihukum hanyalah
semut tersebut bukan yang lain. Nabi kita mengajarkan kepada kita bahwa
kita berhak melawan orang atau hewan yang menyerang kita, walaupun hewan
itu adalah hewan jinak. Semut ini menyerang dan menggigit. Jika orang
yang digigitnya menghukumnya, maka dia tidak disalahkan. Adapun
menghukum semua semut yang ada di desa itu dan membakar mereka dengan
api, ini bukanlah suatu keadilan.
Semut adalah umat ciptaan Allah. Mereka bertasbih dan mensucikan
Allah seperti hewan-hewan yang lain. Manusia tidak boleh menyerangnya,
kecuali jika mereka menyakitinya. Oleh karena itu, Allah menyalahkan
nabi itu dan mencelanya karena dia menghukum melampaui batas. Dia
menghukum semut yang tidak bersalah karena kesalahan seekor semut. Dia
membunuh umat yang bertasbih kepada Allah. Dan Allah telah berfirman
kepadanya untuk menegurnya, “Mengapa tidak hanya satu semut saja? Hanya karena kamu digigit oleh seekor semut, kamu membinaskan umat yang bertasbih kepada Allah.”
Orang yang terdidik untuk merasa bersalah jika membunuh seekor semut,
dia tidak mungkin setelah itu membunuh manusia tanpa salah dan tanpa
alasan yang benar. Dia akan menjadi contoh mulia yang menjaga nyawa
hamba-hamba Allah sebagaimana dia menjaga tanaman dan hewan.
Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis
1. Tidak boleh membunuh semut, sebagaimana tidak boleh membunuh
binatang lain, kecuali binatang yang menyerang dan mengganggu. Dalam
sebuah hadis terdapat larangan membunuh semut, tawon, hud-hud, dan shurad.
(Shurad adalah burung berkepala besar dan berparuh besar, perutnya
putih, punggungnya hijau, memangsa serangga dan burung kecil, pent.).
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad shahih di atas syarat Bukhari
Muslim (Syarah Shahih Muslim An-Nawawi, 14/399). Dikecualikan dari
larangan membunuh binatang adalah binatang fawasiq yang
berjumlah lima, baik dibunuh di daerah halal maupun di daerah haram.
Fawasiq yang berjumlah lima ini sebagaimana dalam hadis riwayat Bukhari
dalam Shahih-nya adalah tikus, kalajengking, burung gagak, rajawali, dan anjing penggigit. (Shahih Bukhari,
6/355, no. 3314. Selain kelima hewan fawasiq ini Rasulullah Shallallahu
Alahi wa Sallam juga memerintahkan membunuh cicak. Beliau menyatakan
bahwa membunuhnya adalah berpahala. (lihat hadis-hadis yang
memerintahkan membunuhnya dalam Shahih Muslim, 4/1757, no. 2237-2240).
Begitu juga beliau memerintahkan membunuh ular, kecuali ular rumah yang
tidak dibunuh hingga diperingatkan tiga kali; jika setelah itu masih
terlihat di rumah, maka bunuhlah. Dan dikecualikan dari ini adalah dua
macam ular, yaitu ular berekor pendek dan ular dengan dua garis putih di
punggungnya. Keduanyadibunuh secara mutlak walaupun tinggal di rumah,
karena keduanya bisa menyebabakna keguguran dan kebuataan. (lihat
hadis-hadis tentang ular dalama Shahih Muslim).
2. Membakar makhluk hidup tidak dibolehkan dalam syariat kita.
Nabi menjelaskan alasan larangan ini, yaitu bahwa yang berhak mengadzab
dengan api hanyalah pemilik api. Dan ini mungkin dibolehkan di dalam
syariat sebelum kita, karenanya Nabi ini membakar desa semut.
3. Semut bertasbih kepada Allah sebagaimana dinyatakan dalam
hadis. Allah telah memberitakan bahwa segala sesuatu bertasbih dengan
memuji Allah, “Dan tidak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” (Al-Isra: 44).
4. Hadis ini menyampaikan bahwa semut adalah sebuah umat. Allah
telah memberitakakan bahwa makhluk-makhluk, burung-burung dan
hewan-hewan, semuanya adalah umat seperti kita. “Dan tiadalah
binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan
kedua sayapnya melainkan umat-umat juga seperti kamu.” (Al-An?am 38)
Kajian-kajian modern telah sampai pada hakikat ini melalui pengamatan, penelitian, dan pemikiran.
Sumber: Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Pustaka Yassir
Tinggalkan Dompet Anda Disini Opss.. Maksudnya Tinggalkan Komentar Anda Disini
Post a Comment